Pemerintahan
saat ini sangat membutuhkan millennials yang mau memberikan sumbangsih
pikiran,terutama terkait kemajuan
teknologi menjelang revolusi industri 4.0. Kaum millennial memiliki ide-ide
yang mengikuti perkembangan dan arus teknologi. Perkembangan jaman inilah yang
diharapkan menjadi inspirasi untuk turut membangun sebuah daerah. Seperti
halnya Kota Pasuruan, yang sebentar lagi akan dipimpin oleh seorang Walikota
yang Millennial, tentunya wajah Kota Pasuruan akan mengalami perkembangan yang
luar biasa dari berbagai aspek sosial, ekonomi, pendidikan,infrastruktur dan
pariwisata. Untuk menyongsong wajah Kota Pasuruan di Era Millenium atau Era
Industri 4.0 diperlukan informasi statistik, sebagai pijakan yang
dapat digunakan Pemimpin Millennials.
Dari data Statistik kependudukan,
jumlah generasi millennial (0 – 40 Tahun) di Kota Pasuruan diperkirakan pada
tahun 2020 mencapai 65 - 66 persen dari total populasi di Kota Pasuruan.
Tentunya merupakan jumlah yang terbesar dibandingkan kelompok usia lainnya.
Dengan jumlah penduduk sebesar itu, pemerintah daerah harus terus bersiap
dengan merancang road map berbagai aspek
sebagai strategi memasuki era digital. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi
arah yang jelas bagi masa depan pengembangan potensi wilayah di Kota Pasuruan.
Secara keseluruhan, Kota Pasuruan memiliki luas wilayah
sebesar 35,29 km². Jumlah administrasi
setingkat kelurahan di Kota Pasuruan sebanyak 34 kelurahan. Kecamatan
Bugulkidul merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas yaitu sebesar
11,11 km² sedangkan Kecamatan Panggungrejo memiliki luasan wilayah terkecil
yakni hanya sebesar 7,83 km². Wilayah Kota Pasuruan termasuk salah satu
wilayah yang penting di dalam konstelasi perekonomian Jawa Timur terutama
karena wilayah ini merupakan jalur utama akses transportasi dari pusat
perekonomian Jawa Timur di Kota Surabaya dengan Bali sebagai pusat budaya dan
pariwisata melalui jalur industri di Kota dan Kabupaten Probolinggo serta
sekitar wilayah timur. Masyarakat memang sudah melakoni beberapa perubahan itu,
tetapi kepedulian pada tantangan di era digitalisasi dan otomasi sekarang ini
pun terbilang masih minim.
Dari
aspek makro ekonomi Kota Pasuruan yang dicerminkan melalui besaran angka PDRB,
pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonominya menunjukkan bahwa Nilai PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kota Pasuruan pada tahun 2018 mencapai 7,73 triliun
rupiah, nilai ini meningkat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 5,35 triliun
rupiah. Sedangkan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada tahun 2018
juga mengalami kenaikan yaitu dari 4,56 triliun rupiah pada tahun 2014 menjadi
5,65 triliun rupiah pada tahun 2018. Peningkatan nilai PDRB baik dari sisi ADHB
dan ADHK ini mencerminkan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi daerah Kota
Pasuruan. Struktur ekonomi Kota Pasuruan
didominasi oleh sektor tersier yang peranannya mencapai lebih dari dua pertiga
PDRB Kota Pasuruan dan eksistensi sektor ini dari tahun ke tahun semakin
menguat. Sebaliknya, eksistensi sektor primer dan sektor sekunder di Kota
Pasuruan semakin melemah.
Pertumbuhan
ekonomi Kota Pasuruan pada tahun 2018 tumbuh sebesar 5,54 persen. Dari sisi
produksi, semua lapangan usaha mampu tumbuh positif kecuali lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; dan Pertambangan dan Penggalian dengan
pertumbuhannya terkoreksi masing-masing sebesar -0,02 persen dan -0,05 persen. Pada
konteks regional, Kota Pasuruan juga diharapkan mampu memberikan link antara
produsen produk industri kecil dan kerajinan serta industri yang banyak
tersebar di wilayah Malang dan Kabupaten Pasuruan, sehingga melalui peran
penting Kota Pasuruan akan terangkat peringkat dan kemajuan industri
tradisional khususnya di bidang mebel, kerajinan kayu dan logam, serta industri
lainnya.
Berdasarkan data Potensi Desa
(Podes) yang telah dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Pasuruan pada
bulan Mei 2018 secara sensus terhadap seluruh kecamatan dan wilayah
administrasi pemerintahan terendah setingkat kelurahan, antara lain diperoleh
informasi mengenai ragam mata pencaharian penduduk, ketersediaan sarana perdagangan dan akomodasi,
sarana perbankan dan infrastruktur lainnya. Dengan jumlah
penduduk sekitar 197.696 jiwa (akhir tahun 2017), terdapat ragam kegiatan mata
pencaharian masyarakan antar kelurahan. Dari 34 kelurahan, terdapat 5 kelurahan
yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian.
Sedangkan pada 14 kelurahan sebagian besar penduduk yang bermata pencaharian
pada sektor industri, dan pada 14 kelurahan lainnya mayoritas mata pencaharian
penduduknya bekerja pada sektor perdagangan. Dengan ragam sumber mata
pencaharian yang ada tersebut, tentunya perlu strategi jitu bagi Pemerintah
Daerah dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan ekonomi masyarakat di Kota
Pasuruan sehingga lebih berkualitas dan dapat menjawab tantangan Era Millineal
ke depan yang berbasis tehnologi dan digital.
Pengembangan
ekonomi masyarakat yang berjalan selama ini telah didukung oleh ketersediaan
infrastruktur ekonomi berupa sarana perdagangan dan akomodasi di setiap wilayah
kelurahan. Namun nampaknya masih perlu ditingkatkan keberadaannya, karena belum
semua kelurahan memiliki fasilitas sarana perdagangan dan akomodasi yang
sejenis. Adapuan jenis sarana perdagangan yang telah tersedia di Kota Pasuruan
antara lain Mini Market, Restoran/Rumah Makan Warung/Kedai Makan, Toko dan
warung kelontong serta tempat penjualan bahan makanan.
Sedangkan
ketersediaan sarana akomodasi berupa Hotel dan Tempat penginapan. Informasi
mengenai Sarana perbankan (Bank umum Pemerintah, Bank Umum Swasta dan BPR) serta sarana penunjang ekonomi (BMT,
Pegadaian, ATM, Bengkel mobil/motor, Salon, agen tiket,dll) yang terdapat pada
kelurahan di Kota Pasuruan, diharapkan juga dapat ditingkatkan dan diperluas
keberadaannya sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat dalam melakukan
aktifitas ekonomi.
Seperti halnya
Kabupaten Pasuruan , Gresik dan Sidoarjo, dan wilayah perkotaan lainnya di
Surabaya dan Kota Malang, angka tingkat pengangguran terbuka di Kota Pasuruan
juga masih tinggi yaitu sebesar 4,55 persen. Artinya dari 100 orang angkatan
kerja berusia 15 tahun ke atas terdapat sekitar 4-5 orang penganggur. Tingkat
pengangguran untuk usia millennial di Kota Pasuruan mencapai 7,10 persen
sedangkan tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 40 tahun keatas jauh lebih
rendah yaitu 1,82 persen. Diperlukannya kebijakan perluasan lapangan pekerjaan
pada sektor ekonomi kreatif yang menarik bagi kaum millennial, dan disesuaikan
dengan linkmatch program pendidikan
dan ketrampilan di Kota Pasuruan. Pekerjaan rumah bagi kepemimpinan pemerintah
daerah Kota Pasuruan hingga tahun 2020 ini nampaknya masih cukup memerlukan
energy sehingga dapat menyongsong Era Millenium atau Era Industri 4.0
dengan baik. (Sri Kadarwati-BPS Kota Pasurun)