Abstraksi
Jumlah
penduduk miskin di
Jawa Timur pada
bulan September 2014
dibandingkan Maret 2014 turun sebesar 0,14 poin persen dari 12,42 persen
pada Maret 2014 menjadi 12,28 persen pada September 2014.
Penduduk miskin di perkotaan pada September
2014 sebesar 32,26 persen dari total penduduk miskin Provinsi
Jawa Timur atau sebesar 1.531,89 ribu
jiwa. Selama satu semester (Maret 2014
s.d. September 2014), penurunan persentase penduduk miskin di perdesaan (0,22
poin persen) lebih besar daripada di perkotaan (0,05 poin persen).
Pada periode Maret
2014 - September
2014, garis kemiskinan meningkat sebesar
2,53persen atau Rp. 7.149 per kapita per bulan, yaitu dari Rp. 282.796
per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp.289.945 per kapita per bulan
pada September 2014. Pada bulan
September 2014, kontribusi
garis kemiskinan makanan
terhadap garis kemiskinan sebesar
73,48 persen. Kenaikan garis kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di
perkotaan. Garis kemiskinan
meningkat sebesar 3,01
persen untuk
perdesaan
dan 2,02 persen
untuk wilayah perkotaan.
Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis
kemiskinan makanan (3,05 persen untuk perdesaan dan 1,61 persen untuk perkotaan) dan garis
kemiskinan bukan makanan (2,88 persen
untuk perdesaan dan 3,06 persen untuk perkotaan)
Berdasarkan
komoditas makanan, ada
5 komoditas yang
secara persentase memberikan
kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras,
rokok filter, tempe,
gula pasir, dan
tahu. Komposisi tersebut
terjadi pada semua wilayah baik di perdesaan maupun
perkotaan.
Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1)
selama satu semester
ini menunjukkan sedikitpeningkatan sebesar 0,004 poin, yaitu
dari 1,853 pada Maret 2014 menjadi 1,857 pada September 2014.
Peningkatan nilai P1
tersebut terjadi di
perkotaan (0,085 poin), sedangkan di
perdesaan mengalami penurunan
(-0,071 poin). Sementara
itu, Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) juga mengalami
peningkatan 0,014 poin
atau menjadi 0,454 pada
September 2014. Peningkatan
kedua nilai yaitu
P1 dan P2
memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
menjauhi garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin melebar.