“Lebih
baik punya satu sumber data saja. Dari pada dua sumber data yang
masing-masing mengklaim datanya akurat,” ujar Bambang PS. Brodjonegoro,
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dalam Rateknas
Kepala BPS Kabupaten/Kota di Yogyakarta, (11/9). Kehadiran Bambang
membawa pesan bahwa satu data kependudukan menjadi jawaban atas
kebutuhan akan data kependudukan yang lebih akurat.
“Saya
sangat setuju dengan satu data kependudukan. Jangan kebiasaan punya
beberapa versi. Beberapa versi ini jadi alternatif. Masalahnya data ga
boleh ada alternatif. Demokratisasi ini jangan membuat data collection
atau data verification ini jadi bias. Yang ingin saya bangun ini
semangat untuk menuju satu data,” ungkap Bambang.
Menurut
Bambang, kalaupun data dihasilkan oleh institusi yang berbeda-beda,
tapi harus tetap konsisten dan keluarnya harus tetap satu data yang
representatif, akurat, serta memenuhi kaidah statistik. “Karena itu
lewat Perpres Satu Data dan Rancangan Perpres Statistik Hayati, ke depan
harapannya data kependudukan itu satu, baik data berdasarkan sensus
maupun dari administrasi kependudukan. Jadi kita buat konsistensi.
Setelah punya basis data yang konkret dan solid, maka data tersebut
harus selalu di-update secara berkala, konsisten, dan akurat, sehingga
kita punya data penduduk yang lebih akurat lagi,” ujarnya.
Melihat
konsep acara yang outer space, Bambang pun berpesan kepada jajaran BPS.
“BPS jangan hanya futuristik di depan, tapi juga dalam menyajikan data.
Saatnya BPS mencatatkan diri sebagai NSA (National Statistics Agency,
red) yang sudah makai big data secara masif. Kami sambut baik SP2020
sebagai langkah menuju satu data kependudukan, untuk penyempurnaan data
adminduk. SP ini produk statistik yang unik dan paling penting. Karena
data dasar banyak digunakan untuk perumusan kebijakan. Ini momen luar
biasa, 10 tahun sekali. Apalagi SP ini mau dikerjakan milenialnya BPS,”
pungkasnya.